Miris, Hutan di DAS Deli Kota Medan Tinggal 5,6 persen

Miris, Hutan di DAS Deli Kota Medan Tinggal 5,6 persen
DAS Deli Medan


Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. 

Pengelolaan DAS sendiri menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan segala aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia. 

Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan pembangunan, misalnya untuk areal pertanian, perkebunan, perikanan, permukiman, pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil hutan kayu dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut akhirnya adalah untuk memenuhi kepentingan manusia, khususnya peningkatan kesejahteraan. 

Namun demikian hal yang harus diperhatikan adalah berbagai kegiatan tersebut dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan penurunan tingkat produksi, baik produksi pada masing-masing sektor maupun pada tingkat DAS.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hutan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli, Kota Medan, Sumatera Utara tinggal 5,6 persen, menurut kajian yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA).

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring mengatakan banjir yang terjadi di Kota Medan, hampir terjadi di satu kawasan DAS.

"Ini menjadi perhatian kita juga karena dari kajian JICA tahun 2015. Jadi ada standar dalam satu DAS itu 30 persen harus hutan, supaya serapan airnya optimal, khusus untuk DAS Deli ini dari hasil kajian teman-teman JICA tahun 2015 itu tinggal 5,6 persen," ujar Abdul dilansir Antara, Selasa (23/8/2022).

Dia mengatakan untuk jangka pendeknya, daerah-daerah saluran air yang mungkin meluap dapat dipasang tanggul sementara.

"Jika kita bicara urban area, Medan merupakan kota metropolitan sebagaimana halnya Jakarta, kita pastikan saluran air primer, sekunder, tersier itu bebas dari sampah," ujar Abdul.

Sebelumnya, hujan deras menyebabkan banjir di beberapa bagian wilayah Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, pada Kamis (18/8) dini hari hingga pagi.

Banjir menimbulkan genangan setinggi 40 hingga 50 cm di permukiman warga dan jalur lalu lintas kendaraan di wilayah Kecamatan Medan Selayang.

Abdul mengatakan dengan 5,6 persen hutan di DAS Deli, tentu saja serapan air tidak optimal. Jikalau serapan air tidak optimal, saat intensitas hujan tinggi, tidak akan bisa mengkonsolidasikan atau menyerap air di hulu, kemudian menjadi surface runoff yang akan menyebabkan banjir baik itu di tengah DAS maupun di hilirnya yaitu Kota Medan.

"Kalau kita berbicara jangka menengah dan jangka panjang tentu saja yang saat ini cakupan hutannya 5,6 persen, kita harus kejar lagi ke 30 persen, karena inilah standarnya satu DAS itu bisa berfungsi optimal dan tidak membahayakan masyarakat di sepanjang aliran sungai," ujar Abdul.

Selain melanda bagian wilayah Kecamatan Medan Selayang, banjir juga meliputi bagian wilayah Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Baru.

sumber: okezone