PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) Unit Pembangkitan (UP) Brantas di Malang, menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menggunakan metode Ground Based Generator (GBG) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.
Terobosan teknologi hujan buatan tersebut adalah inovasi termutakhir sekaligus yang pertama kali diterapkan di pulau Jawa. TMC atau hujan buatan tersebut dimaksudkan untuk mendongkrak bauran energi terbarukan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) daerah setempat.
Sebelumnya, masyarakat hanya mengenal TMC menggunakan pesawat dalam menyemai natrium klorida (NaCl) ke dalam awan melalui udara. Kini, metode TMC terbaru ini dengan menghantarkan bahan semai berupa flare ke dalam awan dari darat di hulu DAS Brantas yang topografi wilayahnya pegunungan dan perbukitan.
Baca juga : Cabut Ribuan Izin, BKPM Kebanjiran Gugatan
“TMC GBG ini teknologi yang lebih pas saat ini. Kami memaksimalkan TMC dengan mengoptimalkan kondisi di wilayah sekitar, Ini kemajuan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perhatian khususnya dari pemerintah,” tegas General Manager PT PJB Unit Pembangkitan Brantas Mochamad Fauzi Iskandar saat pembukaan operasional TMC GBG Wilayah Sungai Brantas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/6).
Pelaksana Tugas Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Salim Mustofa menyatakan TMC statis GBG di DAS Brantas menjadi pilot project yang diharapkan memberikan kontribusi positif bagi ketahanan energi dan pangan khususnya di Jawa Timur.
Nantinya, teknologi itu diterapkan di DAS Citarum, Jawa Barat, yang pelaksanaannya kini dalam proses survei lokasi. Kedepan, bakal diterapkan di semua DAS seluruh Indonesia.
“Giat ini akan menjadi pilot project bagi BRIN dan PJB mengingat teknologi ini pertama kali dilakukan di DAS Brantas termasuk ini menjadi percontohan bagi DAS lainnya,” tuturnya.
Proses implementasi TMC GBG di PJB UP Brantas sudah melalui persiapan infrastruktur, kajian teknis dan kelayakan, serta operasional sejak tahun 2020 sampai tahun 2022.
Baca juga : Diduga Bukti Kebakaran Hutan Ditemukan Berusia Jutaan Tahun
Hal ini dilakukan usai melakukan benchmark penerapan TMC GBG guna menambah debit air di DAS Larona dan Danau Matano, Sulawesi Selatan sebagai energi primer PLTA di Larona, Balambano dan Karebbe.
Dari tolok ukur tersebut, PJB UP Brantas mengembangkan inovasi nasional TMC GBG di DAS Brantas untuk meningkatkan produktivitas PLTA sebagai upaya konkret perusahaan dalam memberikan nilai tambah dalam mewujudkan energi bersih.
Adapun 13 PLTA PT PJB UP Brantas yang diharapkan dapat menunjang peningkatan bauran energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan yaitu PLTA Sengguruh, PLTA Sutami, PLTA Wlingi, PLTA Lodoyo, PLTA Tulungagung, PLTA Wonorejo, PLTA Selorejo, PLTA Mendalan, PLTA Siman, PLTA Giringan, PLTA Golang, PLTA Ngebel dan PLTA Ampelgading.
Pelaksanaan TMC GBG ini dijadwalkan pada 6 – 17 Juni 2022 sebagai upaya menjaga kontinuitas suplai air waduk khususnya memasuki musim kemarau. Upaya ini dilakukan dengan tetap berpedoman terhadap Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT) yang telah ditetapkan untuk memastikan volume air baku tetap terjaga secara kontinu.
Melalui koordinasi dengan Polres Malang, bahan semai flare ditempatkan pada tower GBG yang sudah dibangun oleh PJB di wilayah pegunungan sejumlah Kecamatan di Kabupaten Malang, yaitu Wajak, Wagir, Tumpang, Karangploso. Lokasi lainnya di Gunung Panderman, Desa Pesanggrahan, Kota Batu.
Adapun proses penyemaian awan menggunakan flare ini akan dilakukan di 5 (lima) lokasi wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu berdasarkan hasil analisis cuaca oleh BRIN.
Baca juga : Izin Hutan Lindung Untuk Pengembangan Bandara RHA siap di Proses
Sedangkan izin prinsip pelaksanaan TMC di DAS Brantas tahun 2022 itu sudah mendapatkan izin dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada April 2022. Bahkan, PJB sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar tower GBG.
Hasil TMC memasuki musim kemarau ini diharapkan memberikan manfaat menambah pasokan air baku, irigasi pertanian rakyat seluas 101.180 hektare dan PLTA setara 1 miliar kWh per tahun.
“TMC GBG ini lebih murah dibandingkan TMC menggunakan pesawat. Nilai positifnya ialah efisiensi penggunaan sumber daya serta fleksibel dalam pelaksanaanya” katanya.
Ia mengatakan implemetasi TMC GBG di PT PJB UP Brantas ini merupakan hasil kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Perum Jasa Tirta I.
Kerja sama itu upaya progresif untuk mendukung green energy berkelanjutan, menanggulangi perubahan iklim (climate change) dampak pemanasan global (global warming) sekaligus mereduksi kerugian bencana akibat faktor iklim dan cuaca.
Karena itu TMC GBG menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan untuk program konservasi sumber daya air guna menunjang kontinuitas ketersediaan air sebagai energi primer PLTA.
Upaya ini termasuk aksi nyata untuk ketahanan energi dan pangan nasional menunjang kontinuitas air baku, irigasi dan PLTA.
Hal serupa juga direncanakan akan diterapkan di PLTA Cirata yang berlokasi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
General Manager PJB Unit Pembangkitan Cirata Ochairialdy turut serta menyampaikan hal yang senada. “Sebagai pembangkit listrik yang ramah lingkungan, PLTA Cirata juga akan menerapkan program serupa.
Solusi mengembangkan ketersediaan dan kontinuitas energi primer air ini perlu untuk selalu didorong agar menjadi semakin baik secara kualitas dan kuantitas,” ujarnya.