Dalam 1 Menit Hutan Hilang 10x Luas Lapangan Bola

Dalam 1 Menit Hutan Hilang 10x Luas Lapangan Bola


Bumi semakin panas, iklim yang saat ini berlangsung pun tidak lagi dapat dengan mudah dikenali seperti dahulu. Kondisi ini menjadi salah satu tanda dari adanya kegawat daruratan kondisi bumi yang sudah seharusnya menjadi kekhawatiran seluruh manusia.

Mirisnya, Indonesia telah dinobatkan menjadi salah satu negara yang paling tidak peduli dengan perubahan iklim.

Langkah mitigasi perubahan iklim pun semakin gencar disuarakan oleh berbagai pihak yang mulai sadar akan adanya dampak besar gaya hidup manusia yang semakin merusak bumi, salah satunya melalui emisi karbon.

Pada IDEAFEST 2022 di hari Sabtu (26/11/2022), Danone-AQUA bersama Carbon Ethics mengajak masyarakat untuk mengenali pentingnya mitigasi perubahan iklim melalui gaya hidup.

Kondisi Bumi Saat Ini yang Memerlukan Mitigasi Perubahan Iklim Secepatnya

Saat ditanya langsung oleh GridHEALTH.id mengenai data yang menggambarkan kondisi bumi saat ini, Ratih Anggraeni selaku Head of Clmate & Water Stewardship Danone Indonesia menyampaikan fakta menarik, “Dari hasil studi atau riset yang dilakukan oleh Forest Watch itu disebutkan bahwa sebenarnya laju deforestasi itu sangat tinggi, lajunya itu bisa sampai hutan kita itu hilang 10 kali luas lapangan bola setiap menitnya.”

“Kenapa itu jadi penting, karena sebenarnya hutan itu adalah andalan kita untuk bisa menyerap dari karbon atau gas-gas rumah kaca dari atmosfer, kalau misalnya bisa diserap otomatis bumi kan ga makin panas,” lanjutnya.

Ratih juga menyampaikan jika hutan berkurang maka proses reduksi juga akan terhambat, “Selain kita juga mengurangi aktivitas yang menghasilkan jejak karbon tadi, tapi sekarang dengan kondisi hutan yang sama cepatnya juga mengalami deforestasi itu jadi kita mau mengurangi, tapi terbatas untuk menyerap karbon atau gas rumah kaca, itu menyebabkan jadi hal yang semakin penting.”

Agung Bimo Listyanu, selaku CEO Carbon Ethics juga sangat merekomendasikan untuk masyarakat mau mengedukasi diri mengenai pentingnya gerakan perubahan iklim ini berdasarkan berbagai sumber ilmiah, seperti membaca sumber dari UN IPCC.

“Kalau dari data itu sudah banyak ya, kalau misalnya baca IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change), banyak sekali kondisi yang mengharuskan kita juga memiliki tindakan yang mendesak, harus membatasi satu setengah derajat celcius untuk kenaikan suhu, itu semua ada,” katanya.

Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 dan melalui G20 kemarin, Indonesia bersama dengan negara-negara di dunia membahas mengenai roadmap dari mitigasi perubahan iklim.

Dampak Perubahan Iklim

Tidak main-main, perubahan iklim yang dirasakan dari meningkatnya suhu bumi dapat menyebabkan dampak yang luar biasa dalam berbagai aspek sebagai bentuk dari dampak turunan, diantaranya:

  • Kesehatan
  • Ketahanan pangan (seperti gagal panen)
  • Kesejahteraan manusia
  • Anomali cuaca
  • Bencana (seperti banjir)

“Pada saat perubahan iklim terjadi, manusia rentan terhadap banyak penyebaran penyakit, yang pertama cuaca yang panas dan lembab, ini menyebabkan banyak juga nyamuk lebih cepat berkembang biak dan juga bila ozon menipis, kulit kita bisa berisiko terkena kanker, lebih cepat dari yang dulu. 

Ada beberapa wilayah di Indonesia juga yang mengalami kekeringan, krisis air bersih, jadi dampaknya itu lebih dari kepada planet, tetapi juga untuk kesehatan kita,” jelas Bimo menyampaikan dampak dari segi kesehatan.

“Petani di pesisir, rumah mereka itu semakin lama semakin tenggelam dan tergerus air laut, sehingga harus pindah dari pemukiman,” lanjut Bimo memberikan contoh nyata dimana orang-orang pesisir terancam akan mengalami rumah yang tenggelam akibat naiknya permukaan air laut karena adanya perubahan iklim.

Kondisi ini juga didukung dari fakta yang disebutkan oleh Bimo bahwa dikatakan 15 sentimeter permukaan Jakarta menurun.

Pentingnya Mitigasi Perubahan Iklim

Bertransformasi ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan menjadi sebuah keharusan untuk diimplementasikan oleh semua pihak, baik dari Pemerintah, sektor usaha dan industri, maupun masyarakat sebagai individu.

Dengan kata lain mitigasi perubahan iklim harus dimulai oleh semua pihak, termasuk perusahaan selaku bagian dari produksi diharapkan dapat mulai melakukan langkah mitigasi hingga mencapai net zero emission.

Net zero emission atau karbon netral adalah sebuah langkah yang dilakukan oleh seseorang sebagai individu hingga perusahaan sebagai sebuah bagian dari produsen, seperti yang dijelaskan oleh Ratih yang perlu dilakukan oleh sektor swasta.

“Ketika kita mencapai net zero (karbon netral) itu, emisi yang akan dilepaskan dari kegiatan produksi, kemudian pengiriman produk, sampai dengan pemanfaatan produk itu sendiri, dengan emisi yang berhasil kita (perusahaan) kita serap atau emisi yang berhasil kita hindarkan untuk terlepas ke atmosfer, sehingga seimbang.”

Energi efisiensi menjadi salah satu langkah yang dilakukan oleh Danone-AQUA, sehingga AQUA Life telah menjadi minuman pertama bersertifikasi Carbon Neutral di Indonesia, selain itu juga memonitor penggunaan energi listrik dengan menggunakan energi listrik terbarukan dalam produksi.

Sedangkan untuk masyarakat sebagai individu dapat memulai untuk menjadi Net Zero Hero bisa dilakukan dengan cara reduksi, seperti penggunaan transportasi umum, hemat energi di rumah, berjalan kaki atau bersepeda, perbanyak makan sayur, kurangi sisa makanan, ganti sumber energi, beralih ke transportasi listrik, kurangi, gunakan kembali, perbaiki dan daur ulang suatu barang, dan lainnya.

“Reduksi harus terus dilakukan, kemudian kita juga harus meningkatkan kemampuan tanah atau lahan atau hutan untuk bisa menyerap gas rumah kaca tersebut,” kata Ratih, sebagai seorang individu hal ini pun dapat dilakukan.

Selain langkah reduksi, seseorang juga perlu melakukan tindakan carbon offsetting atau kompensasi dari aktivitas sehari-hari yang menghasilkan emisi yang tidak dapat dikurangi, dengan kegiatan seperti menghalangi lepasnya greenhouse gases, menanam pohon, menanam bakau, dan lainnya.

“Pada saat kita sebagai individu atau bisnis, kita harus lepas dari kebiasaan kita dan mengurangi dulu, itu aksi yang pertama, karena jika kita tetap sama, itu tidak akan efektif, kurangi dulu dari penggunaan energi dan segala macem, baru sisanya yang kita tidak bisa hindari itu kita kompensasi,”jelas Bimo mengenai penerapan carbon offsetting.

Bagi seseorang yang ingin juga mengetahui pengeluaran emisi karbon yang dihasilkan, dapat merujuk pada perhitungan yang disediakan dalam laman resmi Carbon Ethis, klik di sini.

Bimo juga berpesan kepada setiap individu untuk mulai dari diri sendiri sehingga bisa menjadi langkah nyata yang dapat memberikan contoh bagi lingkungan sekitar.

sumber : grid